Senin, 22 Maret 2010

Sunan Bonang Keturunan nabi Muhammad SAW

Silsilah Sunan Bonang:

Fatimah binti Rasulullah SAW
Sayyidina Husain
Zainal Abidin
Sayyid Muhammad al-Baqir
Sayyid Ja'far Shadiq
Ali al Uraidhi
Muhammad Naqib
Isa al Anshori
Ahmad al Muhajir
Alwi
Abdul Malik
Maulana Abdullah
Maulana Ahmad
Jamaluddin Husein
Ibrahim Asmoro
Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Ibrahim Mahdum (Sunan Bonang)

Minggu, 14 Maret 2010

Silsilah waliyullah keturunan nabi di jawa-melayu

44 nama, 44 pribadi pembawa rahmat bagi dunia:
1. Yang terkasih Baginda Rasul Muhammad (bin 'Abdullah) saw.
2. Sayyidah Fatimah az-Zahra menikah dengan Sayyidina 'Ali
3. Sayyidina Hussayn bin 'Ali bin Abi Thalib
4. Sayyidina 'Ali Zayn-ul 'Abidin, dimakamkan di Madinah
5. Sayyidina Muhammad al-Baqir, dimakamkan di Madinah al-Munawwaroh
6. Sayyidina Ja'far as-Shadiq, dimakamkan di Madinah al-Munawwaroh
7. Sayyidina 'Ali al-'Uraidhi, dimakamkan di kota 'Uraidh, Madinah
8. Maulana Sayyid Muhammad an-Naqib, dimakamkan di Basrah, Iraq
9. Maulana Sayyid 'Isa ar-Rumi, dimakamkan di Basrah
10. Maulana Sayyid Ahmad al-Muhajir, dimakamkan di Husaysah, Hadhramawt
11. Maulana Sayyid 'Abdullah 'Ubaydillah di Hadhramawt, Yaman
12. Maulana Sayyid 'Alwi (al-'Awali al-Awwal), Sahal
13. Maulana Sayyid Muhammad Sahibus Saumiah, Bayt Jubayr
14. Maulana Sayyid 'Alawi at-Tsani, dimakamkan di Bayt Jubayr
15. Maulana Sayyid 'Ali Khali'Qasam, dimakamkan di Tarim
16. Maulana Sayyid Muhammad Shahib Mirbath di Zhufar
17. Maulana Sayyid 'Alawi Ammu al-Faqih di Tarim, Hadhramawt
18. Maulana Sayyid Malik al-Azhmat Khan di Nashrabad
19. Maulana Sayyid 'Abdullah, dimakamkan di Nashrabad, Delhi (kini India)
20. Maulana Sayyid Ahmad Jalal'uddin Syah al-Khan di Nashrabad
21. Maulana Sayyid Husain Jum'adil Kubro dimakamkan di Bugis
21.1 Maulana Sayyid Ibrahim Jum'adil Kubro dimakamkan di Wajo, Bugis
21.1.1 Maulana Sayyid Ishaq bin Sayyid Ibrahim Jum'adil Kubro
21.1.1.1 Maulana Sayyid Raden Paku 'Ainul Yaqin kanjeng Sunan Giri
21.1.1.1.1 Maulana Sayyid Zayn-al 'Abidin kanjeng Sunan Dalem
21.1.1.1.1.1 Maulana Sayid 'Ali Kusumowiro kanjeng Sunan Sedo Ing Margi
21.1.1.1.1.1.1 Maulana Sayid Muhammad Fadhullah kanjeng Sunan Prapen
21.1.1.1.1.1.1.1 Maulana Sayid Sulayman Panembahan Kawis Gua
21.1.2 Maulana Sayyid Raden Santri 'Ali Murtadho kanjeng Sunan Gresik II
21.1.2.1 Maulana Sayyid Raden 'Usman Haji kanjeng Sunan Ngudung
21.1.2.1.1 Maulana Sayyid Raden Ja'far Shodiq kanjeng Sunan Kudus
21.1.3 Maulana Sayyid Raden Ahmad Rahmatullah kanjeng Sunan Ampel
21.1.3.1 Maulana Sayyid Raden Makhdum Ibrahim kanjeng Sunan Bonang
21.1.3.2 Maulana Sayyid Raden Qasim Syarifuddin Hasyim kanjeng Sunan Drajat
21.1.3.3 Maulana Sayyid Raden Ahmad Hasan kanjeng Sunan Lamongan
21.1.3.4 Maulana Sayyid Raden Hamzah kanjeng Sunan Tumapel, Singhasari
21.2. Maulana Sayyid 'Ali Nurul Alam, wafat di Campa (1467)
21.2.1 Maulana Sayyid Wan Husain Khalifah Ampeldenta di Madura
21.2.2 Maulana Sayyid Wan Bo 'Abdullah Sultan Kelantan
21.2.2.1 Maulana Sayyid Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Sultan Caruban
21.1.2.1.1 Maulana (Sayyid) Hasanuddin Sultan I Kesultanan Banten
21.1.2.1.1.1 Maulana (Sayyid) Yusuf bin Hasanuddin Sultan II Kesultanan Banten
21.1.3 Maulana Sayyid Wan Demali Raja Laksamana Bentan
44 nama, 44 pribadi dari makkah ke madinah, dari madinah ke
iraq, dari iraq ke yaman, dari yaman ke india, dari
india ke nusantara dan kelantan, menyebarkan salam-damai kepada dunia.

*Dikutip dari Catatan Harian Membuka Hati
Mas Yos Wiyoso Hadi, Pegawai Negeri di
Ditjen Pajak, Departemen Keuangan RI;
Pendiri bersama Komunitas SUARA, dan
Penggiat GIMSHS ( Gerakan Inklusif Moral
Komunitas Milist SuaraHati SUARA )

Alexander III 'The Great' Leluhur Penguasa Sriwijaya

Ada legenda di tanah Melayu, yang menceritakan penguasa Sriwijaya adalah keturunan dari Alexander III 'The Great' of Macedonia (Iskandar Agung). Akan tetapi, apakah cerita ini hanya sebatas Legenda?


Sejarah Sriwijaya versi Ahmad Grozali


Di dalam tulisannya, yang berjudul 'Ringkasan Sedjarah Seriwijaya Pasemah', Ahmad Grozali mengisahkan tentang mendaratnya kapal Putera Mahkota kerajaan Rau (Rao) India, yang bernama Yang Mulia Seri Mapuli Dewa Atung Bungsu, tahun 101 Saka (179 M) di bukit Siguntang.

Kedatangannya bertujuan untuk mencari, Seri Nuruddin, Panglima Angkatan Laut Negeri Rau yang menghilang, setelah berangkat menuju Nusantara tahun 10 Saka (88M). Ringkas cerita, akhirnya Atung Bungsu bertempat tinggal di sekitar tanah basemah.

Atung Bungsu dipercaya merupakan leluhur dari :
  • Suku Basemah (Pasemah), Empat Lawang, Lahat dan Semende
  • Dapunta Hyang Srijayanasa, pendiri Kedatuan Sriwijaya.
  • Dapunta Hyang Syailendra, pendiri Wangsa Syailendra di Pulau Jawa
  • Parameswara, pendiri Kerajaan Malaka di Malaysia
Sumber :
http://besemah.blogspot.com/2006/06/sejarah-sriwijaya-versi-grozali.html


Rau adalah Kushans

Bila kita membuka lembaran sejarah, pada tahun 80M-200M, di India terdapat Kerajaan yang terkemuka yang bernama Kushans.

Kuat dugaan Kerajaan Kushans indentik dengan Kerajaan Rau, yang menjadi tempat asal Atung Bungsu. Pendapat ini setidaknya didukung dua alasan, yaitu :
  1. Penguasa Kushans memiliki kepercayaan yang sama dengan Penguasa Sriwijaya, yakni penganut agama Buddha Mahayana.

  2. Penguasa Kushans, pada tahun 80M-200M dipimpin oleh keturunan Kaisar Liu Pang (Dinasti Han). Dan apabila kita perhatikan anak cucu Atung Bungsu, yang berada di daerah tanah Basemah (Pasemah), seperti di Pagar Alam, Empat Lawang dan Lahat, memiliki perawakan mirip bangsa cina.




Atung Bungsu Putera Kanishka III


Diperkirakan Seri Nuruddin meninggalkan kerajaan Rau (Kushans) menuju Nusantara, pada masa pemerintahan Kanishka I (75M-105M). Dan Atung Bungsu, Putera Mahkota kerajaan Rau (Kushans), pergi untuk mencari Seri Nuruddin, pada masa pemerintahan ayahnya Kanishka III (175M-200M).

Kanishka III adalah keturunan Wema Kadphises II. Wema Kadphises II adalah putera Kuyula Kadphises I dengan Princess dari Kerajaan Bactria, melalui Princess of Bactria inilah, silsilah keturunan Alexander III 'The Great' berasal.


Silsilah Atung Bungsu sampai Alexander III 'The Great'

Yang Mulia Seri Mapuli Dewa Atung Bungsu putera Kanishka III (King) of the KUSHANS putera Vasudeva I (King) of the KUSHANS putera Huvishka I (King) of the KUSHANS putera Kanishka I of KUSHANASTAN putera Wema (Vima) Kadphises II (King) of the KUSHANAS putera Princess of BACTRIA puteri Calliope of BACTRIA puteri Hippostratus of BACTRIA putera Strato I Epiphanes (King) of BACTRIA (MATHURA) putera Agathokleia BACTRIA puteri Agathokles I (King) of BACTRIA putera Pantaleon of BACTRIA putera Demetrios (Demetrius) I (King) of BACTRIA putera Berenike of BACTRIA puteri Princess of SYRIA puteri Laodice I of SYRIA puteri Aesopia the PERDICCID of MACEDONIA puteri Alexander III 'The Great' (King) of MACEDONIA

Sumber :
http://fabpedigree.com


Catatan :

  1. Pada saat Atung Bungsu berlayar ke Nusantara tahun 101 Saka (179M), setidaknya, ada 3 pendapat mengenai siapa yang menjadi penguasa Kushans ketika itu, yaitu :

    • Kanishka III (175M-200M) putera Vasudeva I putera Huvishka I putera Kanishka I putera Wema Kadphises, sumber : fabpegree.com.
    • Vasudeva I (164M-200M) putera Huvishka I putera Kanishka I putera Wema Kadphises, sumber : www.indopedia.org.
    • Huvishka I (140M-183M) putera Kanishka I putera Wema Kadphises, sumber : en.wikipedia.org.

      Mengenai pendapat yang paling benar, tentu setiap pihak memiliki sumber masing-masing. Namun yang jelas, dari ketiga pendapat diatas, Atung Bungsu adalah keturunan dari Wema Kadphises, yang silsilahnya menyambung kepada Alexander III 'The Great' of Macedonia.


  2. Imperium Kushan adalah salah satu kerajaan yg memiliki wilayah sangat luas yg membentang dari India, Pakistan sampai utara Afghanistan, berbatasan langsung dengan Kekaisaran Han (Dinasti Han) di timur dan Parthia (Persia) di barat. Asal muasal Kerajaan Kushan dimulai dari eksodus besar-besaran bangsa Yue-Chi (Yuezhi) dari barat laut China (sekarang Xinjiang) akibat gempuran Xiong nu Khanate dari utara. Mereka (Yue Chi) pindah ke asia tengah, membentuk kerajaan baru dan menaklukkan wilayah utara India, hidukush dan bagian timur Persia. Yue Chi terbagi menjadi 5 clan yg mendiami wilayah yg berbeda2, dan Kushan adalah salah satu dari 5 clan tsb. Seiring dengan menguatnya Clan Kushan, Pangeran Kujula Kadphises memerintahkan untuk menyerbu 4 clan lainnya sehingga akhirnya 5 clan tersebut disatukan dibawah pimpinan Kushan.

    Karena letaknya ditengah2 jalur sutra (Silk Road), banyak keuntungan yg didapat oleh Kushan, terutama dari perdagangan, karena kota2 mereka adalah tempat persinggahan kafilah2 pedagang yg melalui jalur sutera. Masyarakat Kushan sendiri adalah masyarakat nomaden, karena itu mereka memiliki beberapa ibukota, Begram ibukota musim panas dan Peshawar ibukota musim dingin.

    Kekuatan utama militer Kushan adalah Cavalry/Horse Archer (Pasukan pemanah berkuda). Dalam satu agresi militer, bisa terkumpul 100.000 horse Archer. Pada masa jayanya, Kushan sangat kuat, bahkan mereka bisa merebut kembali sebagian wilayah nenek moyang mereka (Yue Chi).

    Keruntuhan Kushan disebabkan oleh menguatnya pengaruh Persia Sassanid di barat, akhirnya mereka menjadi kerajaan inferior (Vassal) dari Kekuasaan Sassanid.

    Sumber :
    http://www.banggundul.web.id/2009/11/kerajaan-kushan-kushan-empire-60m-375m.html


  3. Pada tahun 101 Syaka (bertepatan dengan tahun 179 Masehi), berlabuhlah tujuh bahtera (jung) di Pulau Seguntang. Pulau Seguntang iu adalah Bukit Seguntang yang sekarang, yaitu bukit dengan ketinggian 27 meter di atas permukaan laut, di dalam Kota Palembang.

    Adapun Angkatan Bahtera (Armada Jung) yang berlabuh di Pulau Seguntang pada tahun 101 Syaka atau 179 Masehi itu, dipimpin oleh Yang Mulia Seri Mapuli Dewa Atung Bungsu, putra mahkota Kerajaan Rau (Rao) di India. Sebagai penasihat Yang Mulia Seri Mapuli Dewa Atung Bungsu adalah Ariya Tabing dari Kepulauan Massava (Filipina) dan Umayullah dari Parsi Persia (Iran).

    Perjalanan Angkatan Bahtera Yang Mulia Seri Mapuli Dewa Atung Bungsu tahun 101 Syaka (179 Masehi) itu adalah perjalanan kedua yang dilakukan oleh Angkatan Bahtera Kerajaan Rau (Rao) untuk menyelidiki pulau-pulau di Nusantara, yaitu pulau-pulau di tenggara benua Asia. Perjalanan pertama berlangsung sebelum tahun 10 Syaka atau tahun 80-an Masehi. Angkatan Bahtera Kerajaan Rau (Rao) yang berangkat ke Nusantara sebelum tahun 10 Syaka itu dipimpin oleh Seri Nuruddin yang berasal dari Kepulauan Massava (Filipina), yang pada waktu itu menjabat sebagai Ariya Passatan (Panglima Angkatan Laut) Kerajaan Rau (Rao).

    Angkatan Seri Nuruddin telah berpuluh-puluh tahun tidak kembali ke Kerajaan Rau (Rao) di India, bahkan tidak ada kabar sama sekali. Oleh sebab itu maka dikirim angkatan kedua, angkatan susulan, yang dipimpin langsung oleh yang Mulia Seri Mapuli Dewa Atung Bungsu. Mereka mengharung samudera, menuju ke pulau-pulau Nusantara.Pada hari Jumat, hari ke-14, bulan Haji (bulan Zulhijjah), tahun 101 Syaka, bertepatan dengan tahun 179 Masehi, mendaratlah Yang Mulia Seri Mapuli Dewa Atung Bungsu yang memimpin Angkatan Tujuh Bahtera itu di daratan, di dekat pohon cendana, di Pulau Seguntang atau Bukit Seguntang.

    Di situ beliau Yang Mulia menemukan satu bumbung (berumbung) atau tabung yang berisi lempengan emas bersurat. Lempengan emas bersurat dalam bumbung yang ditemukan oleh Yang Mulia Seri Mapuli Dewa Atung Bungsu itu, ternyata adalah surat atau warkah yang ditandatangani oleh Seri Nuruddin, Ariya Passetan (Panglima Angkatan Laut) Kerajaan Rau (Rao), bertanggal hari kesebelas, bulan ketujuh (bulan Rajab), tahun 10 Syaka, bertepatan dengan tahun 88 Masehi.

    SuratInilah isi surat atau warkah emas yang ditulis dan ditandatangani oleh Seri Nuruddin, yang ditemukan oleh Yang Mulia Seri Mapuli Dewa Atung Bungsu di bawah pohon cendana, di Bukit Seguntang itu.“Kami tak dapat lagi pulang ke India karena segala alat perlengkapan kami telah rusak binasa. Tetapi kami telah menemukan beberapa pulau, di antaranya ada yang kami namakan Tanah Jawa karena di dalamnya (di pulau itu) banyak kami mendapat buah jawa, yang kami makan dan dijadikan bubur.Barangsiapa mendapatkan barang ini (surat ini) hendaklah menyampaikannya ke hadirat Yang Diperlukan Kerajaan Rau (Rao) di India”.Demikianlah isi surat pertama yang ditemukan oleh Yang Mulia Seri Mapuli Dewa Atung Bungsu di Bukit Seguntang.

    Setelah penemuan surat pertama itu, Yang Mulia Seri Mapuli Dewa Atung Bungsu menemukan surat yang kedua. Rupanya tahun pembuatan dan orang yang membuat atau menulis surat itu berlainan. Surat yang kedua ditulis pada tahun 50 Syaka (128 Masehi). Yang menulisnya adalah Ariya Saka Sepadi, Bukan Seri Nuruddin.Surat yang ditulis oleh Ariya Saka Sepadi pada tahun 50 Syaka (128 Masehi) itu dituliskan pada “kain bambu” (bilah-bilah bambu) yang isinya sebagai berikut.“Pada tahun 50 Syaka (28 Masehi), Yang Mulia Seri Nuruddin meninggal dunia di Muara Lematang dan kami makamkan dia di sana dengan upacara yang selayaknya. Ditulis oleh Ariya Saka Sepadi”.Demikianlah di antara tanda-tanda yang mereka peroleh atau temukan bersama-sama dengan beberapa benda lain peninggalan Angkatan Bahtera Seri Nuruddin yang telah rusak binasa pada tahun 10 Syaka (88 Masehi) dan perihal kematian Seri Nuruddin sendiri pada tahun 50 Syaka (128 Masehi) di Muara Lematang, sebelah barat Bukit Seguntang.TeraYang Mulia Seri Mapuli Dewan Atung Bungsu yang mendarat di Bukit Seguntang pada tahun 101 Syaka (179 Masehi) itu segera mendirikan pondokan bagi angkatannya (rombongannya)

    Sumber :
    http://besemah.blogspot.com/2006/06/sejarah-sriwijaya-versi-grozali.html


  4. Atung Bungsu, juga merupakan keturunan Cyrus II `the Great' of PERSIA, yang menganut keyakinan Monotheisme. Sebagian ulama percaya, bahwa Cyrus II `the Great' indentik dengan Zulkarnain (Zul-Qarnayn), yang kisahnya terdapat di dalam Al Qur'an (QS. Al Kahfi (18) : 83 - 98).

    Sumber :
    http://waii-hmna.blogspot.com/2007/04/776-siapakah-dzulqarnain.html
    http://sangtawal.blogspot.com/2009/09/siapakah-yang-layak-di-gelar-zul.html


    Silsilah lengkapnya sebagai berikut :

    Yang Mulia Seri Mapuli Dewa Atung Bungsu putera Kanishka III (King) of the KUSHANS putera Vasudeva I (King) of the KUSHANS putera Huvishka I (King) of the KUSHANS putera Kanishka I of KUSHANASTAN putera Wema (Vima) Kadphises II (King) of the KUSHANAS putera Princess of BACTRIA puteri Calliope of BACTRIA puteri Hippostratus of BACTRIA putera Strato I Epiphanes (King) of BACTRIA (MATHURA) putera Agathokleia BACTRIA puteri Agathokles I (King) of BACTRIA putera Pantaleon of BACTRIA putera Demetrios (Demetrius) I (King) of BACTRIA putera Berenike of BACTRIA puteri Princess of SYRIA puteri Laodice I of SYRIA puteri Aesopia the PERDICCID of MACEDONIA puteri Roxane (Roxana) of SOGDIA puteri Barsine of STATERIA puteri Darius III (Shah) of PERSIA putera Arsames (Prince) of PERSIA putera Ostanes of PERSIA putera Darius (Ochus) II (Shah) of PERSIA putera Artaxerxes I Longimanus (Shah) of PERSIA putera Xerxes I `the Great' of PERSIA putera Atossa (Hutaosa) of PERSIA puteri Cyrus II `the Great' (1st Shah) of PERSIA

Sumber: http://kanzunqalam.blogspot.com/2009/12/alexander-iii-great-leluhur-penguasa.html

Sriwijaya dan Yunani Bersaudara

Taufik Wijaya - detikNews

Palembang - Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan, ternyata memiliki hubungan dengan Kerajaan Yunani. Mitos hubungan Alexander Agung dengan sejumlah raja-raja Palembang pun menjadi perhatian serius pemerintah Yunani. "Dalam sebuah artikel yang ditulis peneliti Perancis, disebut ada garis antara Alexander Agung atau yang lebih dikenal dengan Iskandar Zulkarnaen dengan Sultan Palembang," kata Dubes Yunani Charalombus Christopolus usai pertemuan dengan Sekda Sumsel Musyrif Suardi di ruang Bina Praja, Kantor Sekda Pemprov Sumsel, Sabtu (3/11/2007).

Diharapkan Christopolus, penelusuran sejarah ini akan menjadi pintu kerja sama antara Yunani dengan Indonesia khususnya Sumsel dalam berbagai bidang. Bidang yang dijajaki mulai dari budaya, pariwisata, ekonomi, bisnis termasuk bidang investasi lainnya. "Tentunya, adanya hubungan di zaman kerajaan para sultan dengan Yunani memberikan peluang promosi budaya tidak hanya bagi Yunani tetapi juga bagi Indonesia di Sumsel. Malah, potensi budaya ini bisa diperkenalkan melalui ajang pariwisata dunia ke seluruh Eropa," jelasnya.

Christopolus menjelaskan, Alexander Agung tidak pernah datang ke Sriwijaya. Sebab, perjalanan yang dilakukan sesuai dengan sejarah hanya sampai ke India. Hanya saja, Alexander menanamkan aturan hidup ideal ke seluruh penjuru Asia. "Di sinilah adanya garis hubungan yang menjadi kontak Yunani. Kalau itu dengan Sumsel atau Indonesia pada zaman dulu," katanya. Sementara Nurhadi Rangkuti, dari Balai Arkeologi Palembang menuturkan, hubungan silsilah dua kerajaan antara Alexander Agung dan sultan-sultan Palembang sifatnya legenda. Dijelaskannya, Iskandar Zulkarnain dari Macedonia sudah dikenal sebagai Raja Asia. "Dalam silsilah Raja Melayu disebut sebagai turunan dari Raja Macedonia. Tetapi, walaupun itu adalah legenda, kita perlu maknai bahwa Iskandar Zulkarnain di Asia sangat populer. Dimungkinkan adanya hubungan dengan para raja di Sumsel kala itu," katanya. (tw/fay)

Sumber: http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/11/tgl/03/time/185131/idnews/848233/idkanal/10

Darah nabi di bumi nusantara, benih terbaik menuju kejayaan akhir masa

Kata ‘Nusantara’, berasal dari kata-kata Mahapatih Kerajaan Majapahit, Gajah Mada, dalam sumpahnya yang terkenal dengan Sumpah Palapa. Bahwa dia tidak akan menikmati kesenangan dunia sebelum seluruh nusantara bersatu. Gajah Mada sendiri adalah sosok yang misterius, tidak diketahui dari mana asal-usulnya, kemudian tampil menjadi orang yang paling berpengaruh dari zaman ke zaman dengan konsep Nusantara-nya dan kemudian menghilang entah ke mana.

Wilayah Nusantara mengacu kepada kepada kawasan kepulauan Asia Tenggara, yang saat ini berada dalam wilayah negara Indonesia, Malaysia dan sekitarnya. Menurut pembagian kawasan dunia, wilayah ini terletak paling timur dalam peta dunia. Orang Eropa menyebut wilayah ini Timur Jauh. Pada abad-abad penjajahan bangsa Eropa, Nusantara biasa disebut Hindia Timur (East Indies). Begitu juga dengan orang Arab dan Timur Tengah, bila dikatakan ‘Timur’ maka dalam maksud lokal bisa bermaksud kawasan di sebelah timur Hijaz (kawasan Mekah dan Madinah), tapi dalam maksud yang lain berarti wilayah di arah timur di luar Jazirah Arab dan Teluk Persia: Nusantara.

Wilayah ini didiami oleh rumpun bangsa Melayu (Jawi). Saat ini terdapat sekitar setengah milyar penduduk mendiami wilayah ini. Dengan 300 juta orang diantaranya beragama Islam, menjadikan rumpun bangsa Melayu adalah bangsa Muslim terbesar di dunia. Bahkan lebih besar dibandingkan seluruh bangsa Arab yang merupakan menjadi bangsa Muslim pertama. Suatu fenomena yang tidak dijumpai pada bangsa manapun di dunia.

Sejarah keislaman Nusantara dan Bangsa Melayu bermula sangat awal sekali. Telah ditemukan beberapa makam Sahabat Nabi Muhammad SAW di Nusantara. Salah satu yang paling terkenal adalah makam Syeikh Rukunuddin di Barus (Fansur), Sumatera Utara. Pada makamnya tertulis bahwa beliau wafat pada tahun 48 H. Tidak diketahui siapa nama Syeikh Rukunuddin sebenarnya, tapi dari tanggal wafatnya kita bisa mengatakan bahwa kemungkinan beliau adalah salah sorang sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu orang yang hidup sezaman dan berjumpa dengan beliau. Para sahabat dan tabiin telah memulai gelombang awal sejarah Islam di Bumi Nusantara.

Pada periode berikutnya, Islam semakin deras mengalir khususnya ke Pulau Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaysia, dan Kamboja (Campa). Sekitar abad ke 13 M, banyak cabang-cabang keluarga keturunan Nabi Muhammad SAW (Ahlul Bait) mulai meninggalkan Hadramaut (Yaman) di wilayah selatan Jazirah Arab, terutama setelah serbuan Bangsa Mongol ke Baghdad. Tersebutlah Sayyid Ahmad Jalal Syah yang menjadi gubernur di India Barat. Salah seorang puteranya yang bernama Sayyid Jamaluddin Al Hussein berpindah ke Campa dan kemudian lebih terkenal dengan nama Syeikh Jumadil Kubra.

Seorang putera Syeikh Jumadil Kubra yang bernama Sayyid Ali Nurul Alam mengasaskan berbagai kesultanan di Campa, Semenanjung Malaya, Pattani (Thailand Selatan), Sumatera, Kalimantan dan Brunei (Borneo) serta di kawasan Filipina. Tercatat raja pertama dinasti Islam Campa adalah anak dari Sayyid Ali Nurul Alam, yaitu Raja Wan Bo (Sayid Abdullah ibn Ali Nurul Alam).

Puteranya yang lain adalah Syeikh Ibrahim Al Akbar As Samarkand (Sunan Maulana Malik Ibrahim/ Sunan Maghribi/ Syeikh Asmarakandi). Inilah cikal bakal Wali Songo di tanah Jawa. Dari keluarga Syeikh Asmarakandi lahir Sunan Ampel, Sunan Drajad dan Jaka Tarub yang keturunannya menjadi ulama-ulama dan raja-raja Jawa (Demak, Pajang, Mataram, Cirebon, Banten dst). Keluarga Ahlul Bait ini kemudian dengan cepat membaur dan segera mencorak Nusantara dengan Islam.

Pada waktu itu keluarga ini datang ke Jawa Timur, pusat pemerintahan Majapahit, kerajaan yang mengalami kemunduruan setelah sebelumnya menjadi pemimpin Nusantara. Kehadiran Sunan Ampel diterima dengan baik oleh penguasa Majapahit saat itu. Walaupun Majapahit masih tetat kerajaan Hindu tapi tidak sedikit warganya yang telah memeluk Islam. Bahkan akhirnya Raja Majapahit, Brawijaya V (Bhre Kertabumi) kemudian memeluk Islam. Anak-anaknya dididik langsung oleh Sunan Ampel. Salah satunya adalah Raden Patah (Fatah) yang kemudian menjadi menantu Sunan Ampel dan selanjutnya mengasaskan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa: Kesultanan Demak. Raden Patah menjadi raja Demak dengan gelar Sultan Alam Akbar Al Fatah.

Hampir bersamaan dengan itu, salah seorang ahlul bait keturunan ke-31 dari Sayidina Hussain (cucu Nabi Muhammad SAW) yang lahir dan dibesarkan di daratan Cina, mengadakan ekpedisi pelayaran ke berbagai tempat di dunia, dan secara satah satunya khusus datang ke Nusantara dengan puluhan kapal bersama hampir 30.000 orang anggota armadanya. Inilah satu ekpedisi pelayaran terbesar dalam sejarah. Dia bernama Zheng He, dan lebih terkenal dengan nama Laksamana Ceng Ho. ‘Show force’ Laksamana Ceng Ho dengan armadanya yang luar biasa besar namun membawa misi perdamaian, membantu menstabilkan kondisi politik kerajaan-kerajaan di Nusantara setelah memudarnya kejayaan Majapahit pasca Gajah Mada dan juga membantu memperkenalkan Islam sebagai agama yang damai dan universal. Dengan demikian perkembangan Islam menjadi semakin pesat dan berwibawa.

Maka kemudian datang gelombang Ahlul Bait pada abad ke-18 M. Hal ini juga didorong oleh terjadinya serangan di Hijaz oleh Muhammad ibn Saud (Bani Saud) dan Muhammad ibn Abdul Wahhab yang di kemudian hari lebih banyak disebut sebagai gerakan Wahabi (Wahhabism). Serangan ini didukung oleh Inggris yang berkepentingan untuk menjatuhkan Turki Utsmani dan kemudian memicu konflik antara Turki Utsmani dan dinasti Saud (Ottoman-Saudi War) setelah sebelumnya mengakibatkan terusirnya kalangan Ahlul Bait dari Hijaz. Sebagian ada yang berpindah ke utara dan mendirikan kerajaan Bani Hasyim/Al Hasyimi di Yordania (The Hashemite Kingdom of Jordan) dan sebagian bergerak ke timur menuju Nusantara.

Berbeda dengan para pendahulunya yang telah berbaur dengan ras Melayu, mereka yang datang pada periode ini lebih mudah dikenali secara fisik sebagai sebagai keturunan Arab. Dan umumnya mereka juga mengekalkan marga-marga ahlul bait hingga ke saat ini. Juga lazim dikenal sebagai panggilan Sayyid, Syarif, Habib, Wan, Tok, Tengku dan lain sebagainya.

Inilah salah satu keajaiban bangsa Melayu, darah Rasul telah mengalir dalam darah mereka dan mengalirkan keberkahan tersendiri. Rupanya orang-orang muslim terdahulu, khususnya dari kalangan Ahlul Bait terdahulu dengan sangat serius dan terarah menyiarkan dakwahnya ke Bumi Nusantara. Menjadikan bangsa Melayu menjadi bagian dari keluarga besar Nabi Muhammad SAW, seolah-olah Bumi Nusantara di Timur ini adalah tanah air kedua bagi Islam dan keluarga yang mulia ini. Terlebih setelah mereka terusir dari tanah airnya sendiri. Bahkan ada sebagian orang yang mengatakan bahwa Mahapatih Gajah Mada, ‘pendiri’ Nusantara yang misterius itu, tidak lain adalah salah seorang muslim dari kalangan Ahlul Bait. Wallahu ‘alam.

“Kami Ahlul Bait telah Allah pilih untuk kami akhirat lebih daripada dunia. Kaum kerabatku akan menerima bencana dan penyingkiran selepasku kelak hingga datanglah Panji-panji Hitam dari Timur. Mereka meminta kebaikan tetapi tidak diberikan. Maka mereka pun berjuang dan memperoleh kejayaan. Siapa di antara kamu atau keturunanmu yang hidup pada masa itu, datangilah Imam dari ahli keluargaku itu walaupun terpaksa merangkak di atas salju. Sesungguhnya, mereka adalah pembawa Panji-panji Al Mahdi. Mereka akan menyerahkannya kepada seorang lelaki dari ahli keluargaku yang namanya seperti namaku, dan nama ayahnya seperti nama ayahku. Dia akan memenuhi dunia ini dengan keadilan dan kesaksamaan..” (H.R. Abu Daud, At-Tarmizi, Al-Hakim, Ibnu Hibban, Ibnu Majah, Abus Syeikh, Ibnu Adi, Abu Dhabi, Ibnu Asakir & Abu Nuaim)

Sumber :http://cerminkaka.blogspot.com/2009/07/darah-nabi-di-bumi-nusantara-benih.html

MISTERI NEGERI SABA’

Membaca artikel terdahulu Candi Pendem di Kaki Merapi, di akhir paparan terdapat catatan kritis tentang ekspedisi Stumbu ke-4 sehari Melintas Dua Subuh 19 Desembar 2009 bersama Ust. Fahmi Basya (FB) pimpinan Sains Spiritual Qur’an Dzikrul Lil Alamiin Bogor. Penjelasan catatan ini meliputi kebenaran adanya Jejak Nabi Sulaiman di tanah Jawa yang berjarak waktu 30-an Abad lebih dan sekitar misteri Candi Borobudur sebagai ‘arsy Ratu Saba’ yang dipindahkan Jinn dalam semalam seperti diinspirasi oleh ayat Al-Qur’an terutama surah An-Naml.

Letak Bukit Stumbu di desa Karangrejo, skitar 2,5 Km sebelah barat daya Candi Borobudur, Magelang.

Secara metodologis, lontaran teori Stumbu DLA diatas didasarkan pada fakta-fakta ayat Al-Qur’an yang difahami secara simbolik berisi simbol-simbol matematis atas budaya penciptaan alam seisinya. Menurut FB yang lulusan Matematika MIPA UI tahun 1983, Dosen Matematika UIJ dan Dewan Pakar ICMI Jakarta Barat (2004) ini, terdapat tiga belas alasan mengapa Negeri Saba terletak di Indonesia dan bukan di Negeri Yaman seperti dipercaya ahli mufassir Al-Qur’an. Keseluruh bukti tentang Negeri Saba menurutnya bisa ditemui di Pulau Jawa, mengarah keberadaan Ratu Boko dengan Borobudur-nya.

Analisis khusus FB sejak tahun 1982 melahirkan beberapa buku seperti Matematika Al-Quran (2003) dan Sejuta Fenomena Al-Qur’an (2008). Ia menyimpulkan, pertama, bahwa penjelasan QS 27:22 tentang negeri Saba tidak ditemukan di Yaman, sedangkan bukti tersebut ditemukan di Pulau Jawa (Wana Saba). Sedang kedua, arti kata saba (sabun) tidak ditemukan nama Sabun di Yaman, sedang arti lain kata saba (hutan) juga tidak ditemukan disana. QS 27:24 ‘Untuk Saba pada tempat mereka ada ayat, dua hutan sebelah kanan dan kiri’.

Ketiga, kandungan ayat QS 27:24 ’…dan aku dapati dia dan kaumnya bersujud kepada matahari dari selain Allah’. Di dalam sejarah tak ditemukan sebuah tempat di Yaman yang masyarakatnya bersujud kepada matahari, sedangkan di Pulau Jawa berlokasi di Komplek Ratu Boko dengan beberapa bukti pendukung.

Keempat; Bukti itu seperti (27:40) adanya bangunan (’arsy) yang dipindahkan ke suatu Lembah berjarak terbang burung dalam waktu singkat. Tentang siapa yang memindahkan dan bagaimana dipindahkan, tafsir ayat tersebut mengisahkan yang memindah singgasana Ratu Saba adalah JINN IFRID selesai sebelum Nabi Sulaiman mengerlingkan mata. FB menerangkan, terdapat peran JINN dalam realisasi ruang waktu disini, bahwa makhluk ini memiliki syarat ilmiah memindahkan arsy Saba tersebut ke Lembah Semut. Berdasar hukum kecepatan cahaya, makhluk Jinn mampu dengan mudah dan super cepat memindahkan suatu bangunan. Diketahui peristiwa seperti ini bukan tidak pernah ada, bahkan terjadi pula di belahan bumi lain. Demikian pula relativitas pemahaman manusia akan membatasi kebenaran nash ini.

Kelima, menurut FB, lokasi kabar dalam QS 6:67 ada ditemukan sisa-sisa dan tandanya di Komplek Ratu Boko yang berjarak 36 Km dari Bukit Stumbu tenggara Borobudur. Di lembah Stumbu inilah arsy Saba tersebut dipindahkan sebagai kini dikisahkan RAKYAT (34:19) sebuah Candi BOKO dan Borobudur. Mereka kerjakan untuknya apa yang ia kehendaki dari gedung-gedung yang tinggi dan Patung-patung dan Piring-piring seperti kolam dan kuali-kuali yang tetap (34:13).

Keenam, ayat tentang SABA QS 34:16 ’dan sesuatu yang disebut Sidrin Qolil ’ masih ditemukan bukti sedikit itu pada Gerbang Ratu Boko dan Serpihan Stupa Candi Borobudur. Ayat ketujuh 34:16 ’…dengan dua kebun yang mempunyai rasa buah pahit’ bisa ditemukan Pulau Jawa. Makna buah Maja yang Pahit seperti ini lagi-lagi tidak ditemukan di Negeri Yaman, bagi teori yang menyebut lokasi sejarah SABA.

Kedelapan, peristiwa besar yang disebut dalam QS 34:16 tentang adanya BANJIR yang merubah peta dataran Asia dengan adanya Palung Sunda. Maka kami menjadikan mereka buah mulut dan kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Bukti kesembilan ini terdapat pada QS 34:19. Menurut FB, peristiwa banjir dahsyat tersaebut menyebabkan wilayah SABA hancur menjadi berpulau-pulau, belum pernah dalam sejarah kehancuran suatu negeri hingga menjadi lebih 17.000 pulau seperti Nusantara ini.

Kesepuluh, adanya catatan pembatasan pada perjalanan QS 34:18. Jarak perjalanan dimaksud sebatas kekuatan terbang ideal seekor Burung (Hud Hud) sepanjang 36 Km. Angka ini menurut FB merupakan bukti kesebelas keberadaan Saba di Jawa Tengah, merupakan jarak antara Komplek Ratu Boko sekarang dengan lokasi Candi Borobudur di Magelang.

Keduabelas, adanya surat Nabi Sulaiman (27:28) yang dibawa burung Hud Hud kepada Ratu Balkis, menurut FB tiada lain dicampakkan kaki-kaki burung tersebut di pelataran istana Boko yang disebutnya sebagai Sidril Qolil, kata ini dua kali ditemui di dalam Al-Qur’an.

Ketigabelas, adanya taabut peti wasiat. Menurut FB dalam ekspedisi diatas dari bunyi QS 27:29-30 ’Berkata Ratu Balqis: “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sungguh (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.’ Inilah beberapa pembuktian secuil kisah Nabi Sulaiman yang sampai kepada pemahaman bahwa Negeri Saba benar-benar terhubung kepada bangunan arsy di Jawa. Wa Allahu a’lam..!***

Sumber: http://dtur88.wordpress.com/2009/12/24/misteri-negeri-saba

Sabtu, 13 Maret 2010

Nabi Ibrahim dalam Mitologi Jawa

Di dalam Mitologi Jawa diceritakan bahwa salah satu leluhur Bangsa Sunda (Jawa) adalah Batara Brahma atau Sri Maharaja Sunda, yang bermukim di Gunung Mahera.

Selain itu, nama Batara Brahma, juga terdapat di dalam Silsilah Babad Tanah Jawi. Di dalam Silsilah itu, bermula dari Nabi Adam yang berputera Nabi Syits, kemudian Nabi Syits menurunkan Sang Hyang Nur Cahya, yang menurunkan Sang Hyang Nur Rasa. Sang Hyang Nur Rasa kemudian menurunkan Sang Hyang Wenang, yang menurunkan Sang Hyang Tunggal. Dan Sang Hyang Tunggal, kemudian menurunkan Batara Guru, yang menurunkan Batara Brahma.

Berdasarkan pemahaman dari naskah-naskah kuno bangsa Jawa, Batara Brahma merupakan leluhur dari raja-raja di tanah Jawa.




Bani Jawi Keturunan Nabi Ibrahim

Di dalam Kitab 'al-Kamil fi al-Tarikh' tulisan Ibnu Athir, menyatakan bahwa Bani Jawi (yang di dalamnya termasuk Bangsa Sunda, Jawa, Melayu Sumatera, Bugis... dsb), adalah keturunan Nabi Ibrahim.

Bani Jawi sebagai keturunan Nabi Ibrahim, semakin nyata, ketika baru-baru ini, dari penelitian seorang Profesor Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM), diperoleh data bahwa, di dalam darah DNA Melayu, terdapat 27% Variant Mediterranaen (merupakan DNA bangsa-bangsa EURO-Semitik).

Variant Mediterranaen sendiri terdapat juga di dalam DNA keturunan Nabi Ibrahim yang lain, seperti pada bangsa Arab dan Bani Israil.


Sekilas dari beberapa pernyataan di atas, sepertinya terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Akan tetapi, setelah melalui penyelusuran yang lebih mendalam, diperoleh fakta, bahwa Brahma yang terdapat di dalam Metologi Jawa indentik dengan Nabi Ibrahim.


Brahma adalah Nabi Ibrahim

Mitos atau Legenda, terkadang merupakan peristiwa sejarah. Akan tetapi, peristiwa tersebut menjadi kabur, ketika kejadiannya di lebih-lebihkan dari kenyataan yang ada.

Mitos Brahma sebagai leluhur bangsa-bangsa di Nusantara, boleh jadi merupakan peristiwa sejarah, yakni mengenai kedatangan Nabi Ibrahim untuk berdakwah, dimana kemudian beliau beristeri Siti Qanturah (Qatura/Keturah), yang kelak akan menjadi leluhur Bani Jawi (Melayu Deutro).

Dan kita telah sama pahami bahwa, Nabi Ibrahim berasal dari bangsa 'Ibriyah, kata 'Ibriyah berasal dari 'ain, ba, ra atau 'abara yang berarti menyeberang. Nama Ibra-him (alif ba ra-ha ya mim), merupakan asal dari nama Brahma (ba ra-ha mim).


Beberapa fakta yang menunjukkan bahwa Brahma yang terdapat di dalam Mitologi Jawa adalah Nabi Ibrahim, di antaranya :

  1. Nabi Ibrahim memiliki isteri bernama Sara, sementara Brahma pasangannya bernama Saraswati.

  2. Nabi Ibrahim hampir mengorbankan anak sulungnya yang bernama Ismail, sementara Brahma terhadap anak sulungnya yang bernama Atharva (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali)...

  3. Brahma adalah perlambang Monotheisme, yaitu keyakinan kepada Tuhan Yang Esa (Brahman), sementara Nabi Ibrahim adalah Rasul yang mengajarkan ke-ESA-an ALLAH.

    Ajaran Monotheisme di dalam Kitab Veda, antara lain :

    Yajurveda Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan, Dia tidak pernah dilahirkan, Dia yg berhak disembah

    Yajurveda Ch. 40 V. 8
    menyatakan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan dia suci


    Atharvaveda Bk. 20 Hymn 58 V. 3 menyatakan bahwa sungguh Tuhan itu Maha Besar

    Yajurveda Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan

    Rigveda Bk. 1 Hymn 1 V. 1
    meny
    ebutkan : kami tidak menyembah kecuali Tuhan yg satu

    Rigveda Bk. 6 Hymn 45 V. 6
    menyebutkan “sembahlah Dia saja, Tuhan yang sesungguhnya”


    Dalam Brahama Sutra disebutkan : “Hanya ad
    a satu Tuhan, tidak ada yg kedua. Tuhan tidak berbilang sama sekali”.

    Sumber :
    http://rkhblog.wordpress.com/2007/09/10/hindu-dan-islam-ternyata-sama/

    Ajaran Monotheisme di dalam Veda, pada mulanya berasal dari Brahma (Nabi Ibrahim). Jadi makna awal dari Brahma bukanlah Pencipta, melainkan pembawa ajaran dari yang Maha Pencipta.

  4. Nabi Ibrahim mendirikan Baitullah (Ka'bah) di Bakkah (Makkah), sementara Brahma membangun rumah Tuhan, agar Tuhan di ingat di sana (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali).

    Bahkan secara rinci, kitab Veda menceritakan tentang bangunan tersebut :

    Tempat kediaman malaikat ini, mempunyai delapan putaran dan sembilan pintu... (Atharva Veda 10:2:31)


    Kitab Veda memberi gambaran sebenarnya tentang Ka'bah yang didirikan Nabi Ibrahim.

    Makna delapan putaran adalah delapan garis alami yang mengitari wilayah Bakkah, diantara perbukitan, yaitu Jabl Khalij, Jabl Kaikan, Jabl Hindi, Jabl Lala, Jabl Kada, Jabl Hadida, Jabl Abi Qabes dan Jabl Umar.

    Sementara sembilan pintu terdiri dari : Bab Ibrahim, Bab al Vida, Bab al Safa, Bab Ali, Bab Abbas, Bab al Nabi, Bab al Salam, Bab al Ziarat dan Bab al Haram.


Monotheisme Ibrahim

Peninggalan Nabi Ibrahim, sebagai Rasul pembawa ajaran Monotheisme, jejaknya masih dapat terlihat pada keyakinan suku Jawa, yang merupakan suku terbesar dari Bani Jawi.

Suku Jawa sudah sejak dahulu, mereka menganut monotheisme, seperti keyakinan adanya Sang Hyang Widhi atau Sangkan Paraning Dumadi.

Selain suku Jawa, pemahaman monotheisme juga terdapat di dalam masyarakat Sunda Kuno. Hal ini bisa kita jumpai pada Keyakinan Sunda Wiwitan. Mereka meyakini adanya 'Allah Yang Maha Kuasa', yang dilambangkan dengan ucapan bahasa 'Nu Ngersakeun' atau disebut juga 'Sang Hyang Keresa'.


Dengan demikian, adalah sangat wajar jika kemudian mayoritas Bani Jawi (khususnya masyarakat Jawa) menerima Islam sebagai keyakinannya. Karena pada hakekatnya, Islam adalah penyempurna dari ajaran Monotheisme (Tauhid) yang di bawa oleh leluhurnya Nabi Ibrahim.

Sumber: http://kanzunqalam.blogspot.com/2010/01/mitologi-jawa-batara-brahma-dan.html

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons